Muhammad Saleh
Published: 2014-10-16
Total Pages: 226
Get eBook
In August 1883 massive volcanic eruptions destroyed two-thirds of the island of Krakatau, in the Sunda Strait between Sumatra and Java. It was the day the world exploded. A tsunami wreaked havoc in the region, causing countless deaths, and shock waves were recorded around the world. Ash from the eruption affected global weather patterns for years. Since that time Krakatau has been the subject of more than 1,000 reports and publications, both scholarly and literary but the only surviving account of the event written by an indigenous eyewitness—Syair Lampung Karam (The Tale of Lampung Submerged), by Muhammad Saleh—has only now, after 130 years, found its way into English translation. * * * Pada bulan Agustus 1883 letusan besar gunung berapi meluluhlantakkan dua per tiga Pulau Krakatau yang terletak di Selat Sunda, di antara Sumatra dan Jawa. Tsunami memorakporandakan wilayah itu, dan guncangannya terasa di seluruh dunia. Abu letusan itu memengaruhi pola cuaca global hingga bertahun-tahun. Satu-satunya laporan saksi mata pribumi yang tersisa tentang peristiwa tersebut—Syair Lampung Karam, hasil karya Muhammad Saleh—disajikan pertama kalinya di sini dalam tiga bentuk: bahasa Melayu beraksara Romawi, bahasa Melayu beraksara Jawi dan terjemahan bahasa Inggris. Syair naratif panjang ini ditulis dan dicetak di Singapura pada tahun 1883 sewaktu Muhamad Saleh mencari suaka di negeri itu, menceritakan reaksi warga setempat terhadap malapetaka yang menimpa seluruh wilayah itu dan memperkaya pengetahuan kita tentang bencana alam Krakatau ini.